Senin, Juni 09, 2008

Islam Dihina, Islam Berjaya

Oleh: Muhammad Kosim, LA, MA
(Guru PAI SMP Negeri 8 Padang)

Upaya mendiskritkan umat Islam seakan tiada henti. Tanggal 28 Maret lalu, Film dokumenter ”Fitna” karya seorang anggota parlemen Belanda, Geert Wilders, telah ditayangkan perdana di internet. Sontak saja, film ini membuat umat Islam berang karena isi film tersebut menggambarkan sosok Islam sebagai agama teroris yang mendalangi banyak kekerasan di dunia, termasuk peristiwa penabrakan pesawat oleh teroris pada menara kembar WTC di New York, 11 September 2001 silam. Sebelumnya, penghinaan terhadap umat Islam juga dilakukan melalui penerbitan 12 karikatur nabi Muhammad di harian Jylliand-Posten Denmark pada tanggal 30 September 2006. Kemudian pada tanggal 13 Februari 2008, karikatur nabi juga diterbitkan pada tujuh media massa di Jerman. Bahkan di kota Padang sendiri, pada tanggal 30 Maret 2008 ditemukan komik yang isinya juga melecehkan Islam. Komik tersebut ditemukan di Hotel berbintang Jalan Bundo Kanduang Padang.

Fenomena ini jelas mengganggu kerukunan antar agama. Padahal, sejarah telah membuktikan bahwa konflik antar agama telah banyak merenggut korban jiwa. Terutama umat Islam, citra negatif yang dilontarkan orang-orang tertentu yang notabene-nya berasal dari ”Barat” seakan memaksa umat Islam melakukan anarkis sebagai bentuk protes terhadap penghinaan demi penghinaan tersebut.

Tampaknya, penghinaan yang dilakukan orang-orang yang tidak bertanggung jawab itu mengandung unsur provokasi yang sengaja direkayasa agar umat Islam bereaksi dan cenderung anarkis. Jika reaksi umat Islam bersifat anarkis benar-benar terjadi, maka provokasi yang dilakukan orang-orang yang tidak bertanggung jawab tersebut jelas akan berhasil. Keberhasilan ini pada gilirannya akan memperkuat citra negatif ”Islam sebagai agama teroris”.

Oleh karena itu, umat Islam mesti mencermati berbagai penghinaan yang dilontarkan dengan tidak terprovokasi bertindak anarkis. Umat Islam mesti menyadari bahwa Islam agama yang cinta kasih sayang dan penebar rahmat bagi sekalian alam. Allah SWT berfirman: Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Q.s. al-Anbiya’ ayat 107).

Hal ini terbukti dari ajaran Islam itu sendiri. Ketika seseorang tidak bisa berbuat baik kepada orang lain, maka kehinaan akan ditimpakan kepadanya. Firman-Nya: Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali Allah (hablun minallah) dan tali (perjanjian) dengan manusia (hablun minannas), dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan...(Q.s. Ali Imran/3: 112). Hablun minnas pada ayat di atas pada hakikatnya mengajarkan umat Islam untuk berbuat baik kepada sesama manusia, terlepas apakah dia seaqidah, atau berbeda agama. Dalam hadis juga disebutkan, Rasulullah SAW bersabda: Sebaik-baik manusia adalah orang yang banyak memberikan manfaat bagi orang lain, (khairunnas anfa’uhum linnas). Lagi-lagi dalam hadis ini yang disebut bukan berbuat baik kepada sesama muslim akan tetapi kepada sesama manusia.

Tidak hanya kepada manusia saja, binatang pun dihargai oleh umat Islam. Buktinya, umat Islam tidak boleh menyiksa binatang, contohnya pada saat menyembelih hewan dilarang menggunakan alat yang tumpul sehingga menyiksanya. Bahkan dalam peperangan yang dilakukan oleh nabi dan para sahabat pada masa sesudahnya, sebelum perang biasanya panglima perang mengingatkan kepada para tentaranya agar tidak membunuh binatang, dan merusah tumbuh-tumbuhan ketika dalam peperangan tersebut. Demikianlah sesungguhnya umat Islam, cinta kasih sayang, menebar rahmat ke sekalian alam.

Dengan begitu, sangat keliru jika Geert Wilders dalam film dokumenternya ”Fitna” menggambarkan umat Islam benci dan memerangi orang-orang non-muslim. Jika pun ada perintah untuk memerangi orang kafir, kafir yang dimaksud bukanlah setiap orang yang tidak beragama Islam. Dalam konsep Islam, kafir tersebut dipahami dua golongan, yaitu kafir zimmy dan kafir harby. Kafir zimmy adalah orang-orang yang tidak beragama Islam, tetapi mereka tidak mengganggu umat Islam. Kelompok ini sangat dihargai dan dihormati oleh umat Islam.

Bahkan Rasulullah SAW ketika memimpin Yatsrib merumuskan ”piagam madinah” yang pada dasarnya untuk melindungi dan memenuhi kepentingan orang-orang non-muslim yang ketika itu di bawah kekuasaan umat Islam. Dengan keteladanan dan kepemimpinan yang adil, Rasulullah berhasil membentuk masyarakat yang berperadaban. Masyarakat yang ia pimpin termasuk masyarakat yang pluralistik sebab berasal dari suku dan kepercayaan yang beragam, akan tetapi mereka dapat berinteraksi secara harmonis. Dalam konteks keduniawian, sesama mereka saling bekerja sama. Namun dalam soal aqidah, umat Islam berprinsip lakum di nukum wa liyadin, (untuk kamu agamamu dan bagiku agamaku).

Sementara kelompok kafir harby adalah golongan non-muslim yang mengganggu umat Islam. Kelompok inilah yang diperangi oleh nabi dan para sahabat, sehingga dikenal beberapa peperangan, seperti perang Badar, perang Uhud, perang Khandaq, dan sebagainya. Peperangan ini bukan didasari oleh rasa benci terhadap mereka yang tidak mau memeluk agama Islam, tetapi peperangan ini semata-mata dilakukan untuk membela diri, agama, dan harta umat Islam yang ketika itu diancam, dicerca, bahkan diserang oleh kelompok kafir harbi tersebut.
Kini, kedua golongan kafir itu memang masih ada, termasuk kafir harbi. Orang-orang yang menghina umat Islam melalui karya seni seperti karikatur nabi, atau melalui film fitna di atas merupakan golongan kafir harbi yang jelas-jelas mengganggu umat dan kerukunan antar agama. Dampaknya tidak hanya kepada umat Islam saja, akan tetapi agama lain yang menginginkan kedamaian pun niscaya merasa terganggu.

Hanya saja, menghadapi kelompok ini sulit rasanya untuk angkat senjata lalu melakukan peperangan fisik dengan mereka. Betapa tidak, untuk mempersatukan visi umat Islam saja amat sulit. Perhatikanlah nasib saudara sesama muslim di Palestina, hak-hak mereka jelas-jelas dirampas, peperangan yang berkepanjangan telah menewaskan para ayah, anak, bahkan kaum perempuan. Tetapi siapa di antara umat Islam yang siap membantu dan peduli terhadap nasib mereka?

Jangankan berperang, untuk mempengaruhi kebijakan PBB saja umat Islam kurang berkuku. Agaknya posisi umat Islam secara global masih terbelakang sehingga ketika menghadapi hinaan dan serangan, orang-orang yang memusuhi Islam tidak jera dan tidak berhenti.
Untuk menghadapi semua itu, jalan yang terbaik adalah umat Islam harus bangkit! Paling tidak, umat Islam harus mampu berdiri sejajar dengan negara-negara maju. Jika umat Islam memiliki power, maka orang-orang kafir yang memusuhi Islam tidak akan berkutik. Seperti halnya yang terjadi pada masa nabi, ketika nabi Muhammad menguasai madinah secara politik, orang-orang kafir yang dulunya memusuhi Islam tidak lagi berani mengganggu umat Islam. Orang-orang non-muslim lainnya tidak merasa tertekan, malah merasa aman dan terlindungi dengan kepemimpinan nabi Muhammad yang menegakkan nilai-nilai keislaman.

Lalu, bagaimana caranya umat Islam bisa bangkit? Kebangkitan Islam tidak mesti menyatukan seluruh benua lalu menguasainya secara politik. Akan tetapi, cara yang paling efektif untuk kebangkitan Islam adalah dengan menguasai ilmu pengetahuan. Sebab, keterbelakangan umat Islam saat ini turut sangat ditentukan oleh lemahnya penguasaan ilmu pengetahuan umat Islam jika dibandingkan dengan non-muslim, terutama yang berkenaan dengan sains, teknologi informasi, pertahanan keamanan, hingga kepada perekonomian umat.

Generasi muslim mesti berilmu yang didasari oleh motivasi iman. Artinya, ilmu yang mereka tuntut dimotivasi oleh kecintaan mereka kepada Islam. Hasilnya, mereka akan memanfaatkan ilmunya untuk kemajuan umat Islam. Jika umat Islam menguasai ilmu pengetahuan, dunia pun akan digenggam.

Oleh karena itu, berbagai penghinaan yang dilontarkan oleh musuh-musuh Islam hendaknya menjadi cambuk untuk umat Islam sendiri agar segera bangkit dari tidurnya yang cukup panjang. Umat Islam hendaknya tidak terjebak dalam romantisme sejarah yang penuh dengan kedamaian dan kemajuan. Umat mesti menatap hari ini dan ke depan.

Hal yang terpenting lagi, meskipun Islam dihina, tidak akan membuat Islam ditinggalkan oleh orang lain. Banyak fakta yang menunjukkan bahwa ketika Islam dihina, orang lain semakin tertarik untuk mengetahui Islam yang sesungguhnya. Hanya saja, mampukah umat Islam menampilkan Islam yang sesungguhnya melalui sikap dan tindakan sehari-hari sesuai dengan tuntunan Islam itu sendiri?Reaksi keras berupa kutukan dan kebencian terhadap orang-orang yang sengaja menghina umat Islam adalah sesuatu yang wajar. Akan tetapi sangat tidak wajar jika umat Islam terprovokasi dengan melakukan tindakan-tindakan anarkisme. Umat Islam mesti arif dan bijakasana menghadapi fenomena di atas. Jadikanlah hinaan tersebut sebagai momen untuk membangkitkan semangat umat agar bangkit dengan bertindak sesuai dengan tuntunan al-Qur’an sehingga Islam akan tetap berjaya di dunia. Semua itu dimulai dari upaya diri untuk belajar dan terus belajar membaca, memahami, dan mengamalkan al-Qur’an. Salah satu bentuk pengamalan tersebut adalah menguasai ilmu pengetahuan yang berlandaskan iman. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar: