Selasa, Juni 23, 2009

Al-Qur'an, Karakter Pendidikan Sumbar

Oleh: Muhammad Kosim, MA

Membangun karakter (character building) suatu daerah merupakan keniscayaan bagi daerah yang ingin tampil terdepan dan menjadi teladan bagi daerah lain di era otonomi ini. Sementara upaya yang paling efektif untuk mewujudkan pembangunan karakter tersebut adalah melalui pendidikan. Dengan demikian, setiap daerah sejatinya memiliki karakter pendidikan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah itu sendiri.

Daerah tingkat dua (kota/kabupaten) di lingkungan Propinsi Sumatera Barat juga dituntut untuk mempertegas karakter pendidikan yang ingin diterapkan. Karakter pendidikan yang ingin diterapkan tentu memiliki nilai positif, tidak hanya pada saat ini, akan tetapi tetap dibutuhkan untuk masa mendatang. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam membentuk karakter pendidikan di daerah ini—khususnya daerah yang berpenduduk mayoritas muslim—adalah al-Qur'an.

Empat Alasan yang Melatarbelakangi


Setidaknya ada empat aspek yang menjadi alasan untuk menerapkan gagasan ini. Pertama, aspek dogmatis. Secara dogmatis diyakini bahwa al-Qur'an adalah pedoman hidup manusia. Al-Qur'an tidak hanya berbicara tentang kehidupan spiritual an sich, akan tetapi mengandung ajaran yang komprehensif, holistik dan universal. Bahkan al-Qur'an juga mengandung isyarat-isyarat ilmiah yang tetap relevan sepanjang zaman sehingga tatanan kehidupan masyarakat memiliki peradaban yang tinggi. Hanya saja, perlu pengembangan metodologi dalam pemahaman al-Qur'an sehingga ia lebih "membumi" dan mampu menjawab tantangan dan kebutuhan umat. Jadi, jika muncul anggapan dewasa ini umat Islam terbelakang bukan berarti al-Qur'an yang bermasalah, akan tetapi manusia itu sendirilah yang tidak mampu memahami pesan al-Qur'an tersebut.

Kedua, aspek sosio-cultural. Secara sosio-cultural, masyarakat Sumatera Barat yang notabenenya bersuku Minangkabau dan beragama Islam memiliki kultur yang menyatu dengan al-Qur'an. Bahkan ketika orang berbicara tentang sosio-cultural Sumatera Barat, maka key word yang ada dalam persepsinya hanya ada dua kata: adat dan agama (Islam). Hal ini beralasan mengingat falsafah Adat Basandi Syara'; Syara' basandi Kitabullah (ABS-SBK) begitu mengakar dalam budaya mereka. Untuk melestarikan dan mewujudkan falsafah yang selalu didengungkan ini dalam kehidupan nyata, perlu menggagas karakter pendidikan yang mampu menerapkan Kitabullah (al-Qur'an) tersebut. Jika tidak, maka falsafah ABS-SBK hanya menjadi buah bibir semata.

Ketiga, aspek historis. Berbicara tentang historis atau sejarah pendidikan Minangkabau di Sumatera Barat tentu tidak terlepas dari pendidikan surau. Sistem pendidikan Surau masih tetap menarik untuk dikaji dan diteliti hingga saat ini. Sebab, pendidikan surau telah memberikan kontribusi yang amat besar terhadap pembangunan daerah Sumatera Barat, bahkan terhadap bangsa Indonesia secara nasional dengan tampilnya beberapa ulama dan cendikiawan terkemuka yang merupakan produk dari pendidikan surau tersebut. Dan perlu ditegaskan bahwa setiap surau yang berperan sebagai lembaga pendidikan pasti didalamnya terdapat pendidikan al-Qur'an. Namun, pendidikan surau tidak mampu tampil sebagai lembaga pendidikan survive seperti pesantren di tanah Jawa. Kini, masyarakat Sumatera Barat banyak yang mengalami romantisme sejarah, lalu mempopulerkan gagasan "babaliak ka surau" karena surau telah dianggap berhasil pada zamannya. Cara yang paling bijak untuk menerapkan gagasan itu adalah dengan menerapkan kembali ciri khas sistem pendidikan surau itu sendiri, yaitu al-Qur'an.

Keempat, aspek politik. Secara politik, gagasan al-Qur'an sebagai karakter pendidikan juga sangat beralasan. Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 4, misalnya, disebutkan bahwa pada tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kata-kata iman dan takwa jelas terinspirasi dari isi al-Qur'an. Dalam perspektif Islam, mustahil seseorang mampu beriman dan bertakwa tanpa mengamalkan kandungan al-Qur'an. Karenanya, mempelajari al-Qur'an merupakan keniscayaan bagi yang ingin mengamalkan al-Qur'an secara baik.


Perda Nomor 3 tahun 2007 tentang Pendiidkan al-Qur'an
Selain alasan undang-undang di atas, secara politik, pemerintah propinsi Sumatera Barat sebenarnya juga memberikan perhatian yang amat tinggi terhadap pendidikan al-Qur'an. Hal ini dapat dilihat dari Peraturan Darah (Perda) Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pendidikan al-Qur'an yang telah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Prop. Sumbar. Dalam Perda itu ditegaskan bahwa Pendidikan al-Qur'an menjadi salah satu kurikulum muatan lokal yang dapat diterapkan sekolah tingkat dasar (SD) dan menengah (SMP, SMA, dan SMK). Bahkan Perda ini telah ditindak lanjuti oleh pemerintah daerah melalui Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga Prop. Sumbar dengan membentuk sekolah piloting kurikukum Pendidikan al-Qur'an di setiap 19 kota/kabupaten di lingkungan Prop. Sumatera Barat mulai dari SD, SMP, SMA, dan SMK sejak TP. 2008/2009.

Kebijakan dan niat baik pemerintah ini seyogyanya mendapat dukungan penuh dari masyarakat, khususnya yang beragama Islam demi membentuk kepribadian generasi muda yang kelak menjadi pemimpin di negeri ini. Dukungan itu sangat dibutuhkan terutama dari sekolah dan orang tua. Sekolah-sekolah di semua jenjang (SD, SMP, SMA, dan SMK) yang memiliki siswa mayoritas muslim seharusnya memandang kurikulum pendidikan al-Qur'an sebagai kebutuhan mendasar. Sebab beberapa survey yang dilakukan oleh tim perumus kurikulum pendidikan al-Qur'an menemukan banyak siswa dari beberapa sekolah tertentu tidak pandai membaca dan menulis al-Qur'an. Jika tidak pandai membaca al-Qur'an, bagaimana dengan pengamalan mereka? Lalu bagaimana pula cara yang ditempuh untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang beriman dan bertakwa?

Demikian pula orang tua, di era demokrasi yang semakin berkembang ini sesungguhnya membutuhkan peran orang tua yang lebih besar lagi dalam peningkatan kualitas sekolah sebagai tempat belajar putra-putri mereka. Maka orang tua diharapkan memberikan saran dan dukungan kepada sekolah untuk menerapkan kurikulum pendidikan al-Qur'an. Dengan begitu, ada kerja sama yang harmonis antara orang tua, sekolah, dan pemerintah untuk membentuk karakter generasi muda sebagai pemimpin masa datang yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang berlandaskan iman dan takwa melalui al-Qur'an.

Bahkan orang tua sebaiknya selektif terhadap sekolah dalam memasukkan putra-putri mereka dengan memilih sekolah yang peduli terhadap pembentukan karakter Qur'ani di sekolah tersebut. Apa artinya memiliki putra-putri yang cerdas secara intelektual tetapi mengalami kehampaan spiritual? Kaya pengetahuan tapi miskin iman?
Sudah saatnya masyarakat Sumatera Barat memiliki visi yang sama untuk membentuk karakter pendidikan yang memberikan perhatian terhadap kualitas ilmu dan iman secara integral sehingga mereka mampu beramal secara kreatif dan produktif. Dalam hal ini, al-Qur'an menjadi alternatif yang solutif.

2 komentar:

ZULFAWARDI BLOG'S mengatakan...

mohon buat perda 3 tahun 2003 kita kesulitan mendapatkannya

ZULFAWARDI BLOG'S mengatakan...

kami di padang panjang sudah mencanagkan program tahfiz alqur'an untuk semua tingkatan pendidikan, bahkan tahun ini untuk pesantren ramadhan kami fokuskan untuk tahfiz alqur'an yaitu juz amma untuk sd dan sltp sedangkan slta juz pertama